Senin, 23 Juni 2014
Senin, 09 Juni 2014
MAKALAH PENCEMARAN UDARA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada awal sejarah manusia, sifat dan ragam
pencemaran yang dilakukan manusia adalah sederhana. Jenis zat atau senyawa yang
terlihat di dalam masalah ini tidak terlalu
kompleks. Peningkatan jumlah penduduk yang disertai peningkatan kemajuan
teknologi, mempengaruhi juga sifat dan ragam pencemaran.
Pencemaran yang dialami pada masa-masa lalu
umumnya kurang bersifat fatal. Tidak demikian dengan sifat dan ragam pencemaran
masa sekarang ini. Banyak pencemaran yang bersifat fatal terhadap makhluk
hidup, dan banyak juga pencemaran yang bersifat secara lambat-lambat mematikan
terhadap manusia.
Berdasarkan sifat lingkungan dan sifat
pencemarannya, maka masalah pencemaran yang kita hadapi adalah : pencemaran
udara, pencemaran perairan, pencemaran suara atau kebisingan, dan pencemaran
tanah.
B. Rumusan Masalah/Permasalahan
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Seberapa besar pencemaran yang terjadi pada masa sekarang ini?
2. Apa saja penyebab dari pencemaran udara?
3. Apa dampak yang ditimbulkan oleh pencemaran udara pada lingkungan dan
kesehatan?
4. Bagaimana mula-mula pencemaran udara terjadi?
5. Adakah cara untuk meminimalkan terjadinya pencemaran udara?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui seberapa besar pencemaran yang terjadi pada masa sekarang ini.
2. Mengetahui apa saja penyebab dari pencemaran udara.
3. Memahami dampak yang ditimbulkan oleh pencemaran udara pada lingkungan dan kesehatan.
4. Memahamai mula-mula pencemaran udara terjadi.
5. Mengetahui cara untuk meminimalkan terjadinya pencemaran udara.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah kita dapat mengetahui lebih dalam tentang masalah pencemaran
lingkungan beserta dampak yang ditimbulkannya dan kita dapat mengetahui bahwa
sebagian besar pencemaran lingkungan disebabkan oleh ulah manusia sendiri.
BAB II
PEMBAHASAN
Hasil-hasil pembakaran dari kendaraan bermotor,
pabrik-pabrik dan pemanasan atau kegiatan masak-memasak di rumah merupakan
sumber terbesar dari pada pencemaran udara yang disebabkan oleh
kegiatan-kegiatan manusia. Dari sekian banyak zat-zat yang dilepaskan dengan
cara ini ke dalam atmosfer telah diketahui lebih dari 100 yang merupakan
kontaminan.
Benda-benda padat yang termasuk di dalamnya
lebih dari 20 diantaranya adalah unsur-unsur logam. Bagian dari senyawa organik
jauh lebih besar lagi dan meliputi banyak sekali senyawa hidrokarbon alifatik
dan juga fenol, asam serta basa-basa dan banyak senyawa lainnya. Oleh
reaksi-reaksi yang terjadi antara kontaminan-kontaminan tadi di udara, termasuk
reaksi fotokimia, maka senyawa-senyawa baru akan menambah keragaman
senyawa-senyawa pencemaran.
Di antara pencemaran-pencemaran udara tadi,
senyawa-senyawa yang berada di dalam suspensi yang terdiri dari butiran-butiran
padat atau cair adalah apa yang disebut aerosol. Aerosol ini dapat
terbentuk melalui : peristiwa kondensasi, massa molekuler bergabung
membentuk butiran-butiran yang lebih besar (contoh : pembentukan awan dari
butiran-butiran cair), atau dari proses dispersi : material-material yang kasar
dipecah menjadi butiran-butiran aerosol ini tidak mengendap melainkan melayang
atau terapung-apung di udara dan oleh karena itu mudah sekali disebarkan angin.
Butiran-butiran alami seperti misalnya kabut,
bakteri, spora tumbuh-tumbuhan dari tepung sari umumnya rendah konsentrasinya
di dalam udara; oleh sebab itu, biasanya tidak menyebabkan pencemaran udara;
dari segi kesehatan, benda-benda itu umumnya tidak membahayakan (kecuali tentu
bagi mereka yang peka atau alergi terhadap benda-benda tadi). Lain halnya
dengan butiran-butiran yang dilepaskan oleh proses-proses buatan, misalnya
semen, tepung kuarsa dan asbes, asap minyak, asap tumbuhan atau rokok dan
aerosol-aerosol radio aktif dapat menimbulkan masalah pencemaran udara yang
gawat. Benda-benda itu dapat menimbulkan kerusakan pada makhluk hidup. Terutama
sekali aerosol-aerosol yang butiran-butirannya sangat halus, dapat masuk
paru-paru dan mengganggu pernafasan.
Aerosol-aerosol mampu
menunjukkan gayapermukaan yang hebat. Benda-benda ini mampu mengumpulkan
molekul-molekul gas, yang membantu reaksi kimia dari aerosol tadi dengan
gas-gas sekitarnya. Aerosol-aerosol ini dapat mengubah pengaruh radiasi energi
dari matahari. Kemudian oleh karena pengaruhnya sebagai inti kondensasi, benda-benda
itu mampu juga mempengaruhi pembentukan embun atau kabut.
Telah disinggung di muka bahwa debu merupakan
pencemar udara. Dari segi kesehatan, debu ini dapat dibedakan ke dalam dua
kategori, yakni debu kasar dan debu halus. Dalam hubungannya dengan kesehatan,
debu kasar kurang membahayakan. Debu ini karena ukurannya, tidak dapat menembus
saluran paru-paru. Tambahan lagi, oleh kemajuan teknologi, debu-debu kasar ini
telah banyak dikurangi jumlahnya yang terhambur ke luar. Lain halnya dengan debu-debu
halus. Debu-debu halus ini telah benar-benar merupakan masalah kesehatan.
Debu-debu halus hanya sebagian kecil saja yang
dapat tertahan oleh mekanisme saringan alami dalam sistem pernafasan.
Selebihnya dapat masuk ke paru-paru. Akan lebih gawat lagi pengaruh debu halus
ini apabila terdapat faktor yang menimbulkan komplikasi, seperti halnya senyawa
3,4 benzopiris yang menyebabkan kanker, dan oksida logam berat, seperti senyawa
vanadium, yang bertindak sebagai katalisator. Lebih jauh lagi, oleh pengaruh
katalisator oksida-oksida berbagai logam, maka dioksida belerang berbentuk gas
(bila ada) dapat diubah menjadi trioksida belerang yang sangat berbahaya,
senyawa ini dengan uap air yang ada di dalam saluran paru-paru akan membentuk
asam belerang.
Berdasarkan pada proses industrial yang
menghasilkan debu-debu halus tadi, maka racun-racun berikut ini telah
didefinisikan : arsenik, berillium, cadmium, timol, selenium, thallium,
uranium, asbes, senyawa khromium dan senyawa air raksa. Asap yang keluar dari knalpot
yang merupakan sisa hasil pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor dan dari
cerobong-cerobong asap dari kilang-kilang pengolahan minyak mengandung
debu-debu halus yang terdiri dari butiran-butiran timah.
Selain pencemaran sebagai akibat debu halus seperti
yang dikemukakan, masih ada beberapa pencemaran yang ditimbulkan industri,
misalnya industri kimia, dan industri minyak bumi.
Dalam kegiatan berproduksinya itu, industri
kimia atau industri minyak, selain menghasilkan produk-produk pokok, mereka mengeluarkan
hasil-hasil ikutan. Hasil-hasil ikutan yang utama yang dikeluarkan oleh
industri kimia adalah gas-gas dan uap-uap dari senyawa kimia organik seperti
misalnya hidrokarbon-hidrokarbon dan turunan-turunan halagennya, aldea, keton,
asma-asam karbosilat, dan senyawa nitrogen serta belerang (amine, merkaptan,
disulfida); gas-gas dan uap-uap senyawa kimia inorganik seperti misalnya,
hidrogen sulfida, asam hidroklorik dan senyawa fluorin, dioksida belerang,
fosida hidrogen; dan akhirnya tepung-tepung beracun seperti misalnya fluorida
dan karbida, arsenik, asbes, dan alloy besi.
Lebih lanjut lagi, selain hasil-hasil tersebut
tadi yang dapat menyebabkan pencemaran, masih terdapat lagi satu jenis
pencemaran oleh hasil pabrik yang cukup mengganggu. Pencemaran ini bersifat bau
yang mengganggu. Faktor bau ini seringkali disebabkan oleh kandungan senyawa
tertentu yang sangat rendah, tetapi masih cukup tajam. Misalnya thiofenol
dengan konsentrasi 1 : 10 billium masih cukup mengganggu.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Bahwa pencemaran udara selain disebabkan oleh faktor alam, pencemaran udara
lebih banyak disebabkan oleh manusia, misalnya dari kendaraan bermotor,
kegiatan industri dan sebagainya.
2. Selain dapat membahayakan lingkungan, pencemaran udara juga dapat membahayakan
kesehatan manusia.
B. Saran
Untuk mencegah terjadinya pencemaran udara yang
lebih lanjut hendaknya kita semua ikut menjaga kebersihan udara dan
meminimalkan pencemaran udara, misalnya tidak memakai kendaraan bermotor yang
sudah tua, tidak membuang gas yang berbahaya secara sembarangan terutama bagi
kegiatan industri, dan lain sebagainya agar kebersihan udara tetap terjaga.
DAFTAR PUSTAKA
— Buku “Lingkungan Hidup”, Mahkota Offset – Jakarta.
MAKALAH MACAM-MACAM KITAB
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberadaan
hadis sebagai salah satu sumber ajaran islam memiliki perkembangan dan
penyebaran yang kompleks. Sejak dari masa prakodifikasi, zaman Nabi, sahabat,
dan tabiin hingga setelah pembukuan. Sebelum sampai masa pembukuan, penulisan
hadis seringkali menjadi bahan kontroversi di kalangan sebagian kaum muslim
maupun non muslim. Ada sebagian yang menolak untuk menerima otentisitas Hadis
Nabi lantaran mereka berargumen bahwa Hadis Nabi ditulis dan dibukukan dua abad
sesudah wafatnya Rasulullah Muhammad, suatu rentang waktu yang agak lama
berlalu sehingga dapat menyebabkan timbulnya perubahan dan pergeseran lafaz
serta makna hadis yang bersangkutan.
Dalam
sejarah perkembangannya, hadis pernah mengalami masa transisi, yakni dari
tradisi oral ke tradisi tulisan, dan penulisannya membutuhkan waktu yang lebih
panjang ketimbang pengkompilasian Alquran. Lama setelah Nabi saw. wafat,
ungkapan-ungkapan dan segala hal yang berkaitan dengan diri beliau menjadi
objek penelitian intensif para ulama hadis untuk dikoleksi dalam bentuk
tulisan. Para ulama hadis hampir sepakat mengatakan bahwa kodifikasi hadis
secara resmi dilakukan oleh khalifah Umar bin Abdul ‘Aziz yang memerintah pada
tahun 99-101 H.
Fokus
tulisan ini adalah membahas macam-macam kitab hadis yang pernah muncul dan
beredar di dunia pengkajian hadis. Pembahasannya diupayakan untuk selalu
disandarkan ke latar sejarah (historical setting) perkembangan hadis.
Pembahasan peringkat (martabat atau ranking) kitab-kitab hadis yang dianalisis
secara kualitatif hanya pada kitab-kitab kanonik dan ensiklopedik yang paling
sering diapresiasi mayoritas muslim. Sebelumnya akan dibahas juga peringkat
dari macam-macam koleksi kitab hadis ala prinsip generalisasi. Analisis
kualitas menyangkut kajian seluruh aspek koleksi (kitab) hadis yang meliputi
nilai hadis (syarat-syarat yang ditetapkan), sistematika penulisan,
ketelitiannya, dll. Masing-masing kitab yang menempati tingkat tertentu akan
dibahas juga kekurangan-kelebihannya, pujian, dan kritikan terhadapnya.
B. Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1.
Bagaimana dengan macam-macam kitab hadits?
2.
Bagaimana dengan peringkat kitab hadits?
C. Tujuan
Dari rumusan
masalah di atas maka tujuannya adalah :
1.
Mengetahui tentang macam-macam kitab hadits.
2.
Mengetahui tentang peringkat kitab hadits.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Macam-Macam Kitab Hadis
Sebagaimana
halnya dengan ilmu hadis, penulisan kitab-kitab hadis juga selalu berkembang.
Para penulis kitab-kitab hadis tersebut mempunyai cara dan corak yang
berbeda-beda, terutama dalam sistematikanya. Para Muhaddisin telah menulis
berbagai jenis kitab hadis dalam berbagai bidang bahasanya. Para pengkaji dan
peneliti hadis yang datang kemudian telah mengelompokkan kitab-kitab hadis yang
bervariasi tersebut ke dalam beberapa kelompok. Jika dikelompokkan macam-macam
kitab hadis secara garis besar adalah sebagai berikut:
1.
Kitab-kitab Hadis yang Disusun Berdasarkan Bab
Dalam
kitab-kitab ulama terdahulu jenis ini disebut dengan al-Asnāf. Teknik penyusunan
kitab jenis ini adalah mengumpulkan hadis-hadis yang memiliki tema yang sama
menjadi satu judul umum yang mencakupnya; seperti Kitāb as-Salāh, Kitāb
az-Zakāh, dan Kitāb al-Buyū’. Kemudian hadis-hadisnya dibagi-bagi menjadi
beberapa bab. Masing-masing bab mencakup satu atau beberapa hadis yang berisi
masalah juz’iyyah. Setiap bab diberi judul yang menunjukkan temanya, seperti
bab Miftāh as-Salāh at-Tahūr. Para muhaddisin menyebut judul bab itu dengan
tarjamah.
Keistimewaan
kitab-kitab jenis ini mudah dijadikan sebagai kitab sumber, sehingga menjadi
tumpuan utama bagi para penuntut ilmu dan para peneliti. Bagi orang yang ingin
mencari hadis-hadis tentang masalah tertentu, kitab ini akan sangat
membantunya, mencari hadis-hadis yang ia perlukan. Bagi orang yang ingin
mencari sumber hadis-hadis, judul-judul yang telah didapatkan kitab jenis ini
merupakan petunjuk untuk mendapatkan hadis-hadis yang ia cari .
Penyusun
kitab-kitab berdasarkan bab itu ditempuh dengan berbagai cara, diantaranya:
a.
Al-Jawāmi’
Kata Kitāb
al-Jawāmi’ adalah bentuk dari jamak dari kata al-Jāmi’. Kitab Jāmi’ menurut
istilah para Muhaddisin adalah kitab hadis yang disusun berdasarkan bab dan
mencakup hadis-hadis berbagai sendi ajaran Islam dan sub-subnya. Secara garis
besar bab-babnya mencakup tentang aqidah, ibadah muamalah, perjalanan hidup
Nabi saw, perbudakan, fitnah, dan berita hari kiamat.
Kitab Jāmi’
itu sangat banyak, yang termahsyur diantaranya adalah: al-Jāmi’ as-Sahīh karya
al-Bukhari, al-Jāmi’ as-Sahīh karya Imam Muslim. . Dan al-Jāmi’ karya Imam
at-Turmudzi atau yang dikenal dengan Sunan at-Turmudzi. kitab ini disebut Sunan
karena ia lebih menonjolkan hadis-hadis hukum.
b.
As-Sunan
Kitab Sunan
adalah kitab-kitab yang menghimpun hadis-hadis hukum yang marfu’ dan disusun
berdasarkan bab-bab fiqh. Kitab jenis ini hanya memuat hadis-hadis tertentu
bukan semua aspek ajaran Islam. Kitab sunan memuat hadis sahih, hasan dan daif.
Kitab-kitab sunan yang masyhur adalah sunan Abi Dāwud, Sunan At-Turmudzi, Sunan
An-Nasā’i, dan Sunan Ibnu Mājah.
c.
Al-Musannafāt
Kata
al-Musannāf mengandung makna yang sama dengan muwatta’āt yaitu kitab hadis yang
disusun berdasarkan bab-bab fiqh akan tetapi mencakup hadis mawqūf, hadis
maqtū’, disatukan dengan hadis marfū’, karena kitab-kitab jenis ini umumnya disusun
pada awal pembukuan hadis. Kitab musannaf yang terkenal adalah musannaf Abdur
Razzāq bin Hammām as-Sahanī. Dan musannaf Abū Bakar bin Abū Syaibah.
d.
Al-Mustadrakāt
Kata
Al-Mustadrakāt bentuk jamak dari mustadrak. Al-Mustadrakāt merupakan kitab
hadis yang memuat hadis-hadis yang tidak dimuat dalam kitab-kitab tertentu yang
sebenarnya hadis-hadis tersebut memenuhi syarat yang dipegangi oleh penulis
kitab tersebut. Kitab al-Mustadrak yang terkenal adalah kitab al-Mustadrak ‘alā
As-Sahīhaini karya Al-Hakim Al-Naisaburi (321-405 H) dan Kitab Al-Ilzamāt karya
Al-Dar Quthni (306-385 H).
e.
Al-Mustakhrajāt
Kata
Al-Mustakhrajāt merupakan bentuk jama dari kata al-Mustakhraj. Al-Mustakhrajāt
merupakan kitab hadis yang memuat hadis-hadis yang diambil dari kitab hadis
lain yang oleh penulisnya diriwayatkan dengan sanad sendiri, bukan dengan sanad
yang serupa dengan sanad kitab semula. Kitab Al-Mustakhraj yang masyhur adalah
kitab Mustakhraj atas sahihain atau salah satunya. Kitab yang paling banyak
dibuat kitab mustkharajnya ialah sahīh bukhārī dan sahīhmuslim.
2.
Kitab-kitab hadis yang disusun berdasarkan urutan
nama-nama sahabat
Yaitu
kitab-kitab yang menghimpun hadis-hadis yang diriwayatkan oleh setiap sahabat
ditempat yang khusus dan mencantumkan nama sahabat yang meriwayatkannya. Teknik
penyusunan seperti ini sangat membantu dalam mengetahui jumlah dan jenis hadis
yang diriwayatkan oleh para sahabat dari Nabi saw. Dan mempermudah
pengecekannya; lebih-lebih keberadaan kitab seperti ini merupakan kitab yang
sangat berfaidah bagi pencarian sumber hadis yang telah diketahui nama sahabat
yang meriwayatkannya, serta faidah-faidah lain yang berkaitan dengan kemudahan
pengkajian hadis.
Kitab-kitab
hadis yang disusun berdasarkan nama-nama sahabat ini ada dua macam, yaitu:
a.
Kitab Musnad
Kitab musnad
adalah kitab hadis yang disusun berdasarkan urutan nama sahabat. Urutan sahabat
itu ada kalanya disusun berdasarkan urutan huruf hija’iyah, ada kalanya
berdasarkan urutan waktu masuk islamnya, dan ada kalanya berdasarkan keluhuran
nasabnya.
Jumlah kitab
Musnad ini sangat banyak, yang paling masyhur dan paling tinggi martabatnya
adalah Al-Musnad karya Al-Imam Ahmad bin Hanbal, kemudian Musnad karya Abi
Ya’la Al-Mushili.
b.
Al-Atrāf
Kata Atrāf
adalah jama’ dari tharf yang berarti bagian dari sesuatu. Tharf hadis adalah
bagian hadis yang dapat menunjukkan hadis itu sendiri, atau pernyataan yang
dapat menunjukkan hadis, seperti hadis innama al-a’mālu bi An-niyyāt.
Kitab
al-Atrāf adalah kitab-kitab yang disusun untuk menyabutkan bagian hadis yang
menunjukkan keseluruhannya, biasanya di dalamnya dituliskan pangkal-pangkal
hadis saja lalu disebutkan sanad-sanadnya pada kitab-kitab sumbernya. Sebagian
penyusun menyebutkan sanadnya dengan lengkap, dan sebagian lainnya hanya
menyebutkan sebagiannya. Kitab-kitab ini tidak memuat matan hadis secara
lengkap, dan bagian hadats yang dimuat pun tidak pasti bagian dalam arti
tekstual.
c.
Al-Ma‘ājim
Kata
al-Ma‘ājim adalah bentuk jamak dari kata al-mu’jam. Kitab mu’jam menurut
istilah para muhaddisin adalah kitab hadis yang disusun berdasarkan susunan
guru-guru penulisnya yang kebanyakan disusun berdasarkan urutan huruf hija’iyah
(alfabetis). Beberapa kitab mu’jam yang terkenal adalah tiga buah kitab mu’jam
karya Al-Muhaddis al-Hafizh al-Kabir Abu Al-Qasim Sulaiman bin Ahmad
al-Thabrani (W.360 H). Ketiga kitab mu’jam itu adalah: al-Mu’jam al-Sagīr,
al-Mu’jam al-Ausat, dan al-Mu’jam Al-Kabīr. Dua mu’jam yang pertama disusun
berdasarkan urutan nama guru-gurunya, sedangkan mu’jam yang terakhir disusun
berdasarkan urutan nama para sahabat menurut urutan huruf mu’jam.
3.
Kitab-kitab yang disusun berdasarkan urutan awal hadis
Yaitu
kitab-kitab hadis yang menyebutkan beberapa kata awal setiap hadis yang disusun
berdasarkan urutan mu’jam . Jadi dimulai dengan hadis yang diawali dengan huruf
alif, lalu hadis yang diawali dengan huruf ba’, dan seterusnya.
Kitab
seperti ini memberikan banyak kemudahan bagi orang yang menelaahnya. Akan
tetapi, terlebih dahulu harus diketahui dengan pasti huruf awal setiap hadis
yang dicari sumbernya itu. Bila tidak, maka akan sia-sialah upaya pencariannya
itu. Kitab-kitab hadis yang disusun dengan cara seperti ini ada dua macam
antara lain:
a. Kitab
Majami’, yaitu kitab-kitab yang merupakan himpunan hadis dari berbagai kitab
hadis.
b. Kitab-kitab tentang
hadis-hadis yang sering diucapkan oleh orang umum.
Kitab ini
mencakup banyak hadis yang sering diucapkan oleh umat pada umumnya, dan
kebanyakan hadisnya tidak terdapat dalam kitab lain yang sejenis.
4.
Kitab-kitab Himpunan Hadis
Yaitu
kitab-kitab yang disusun untuk menghimpun hadis dari sejumlah kitab sumber
hadis. Kitab-kitab jenis ini disusun dengan dua cara yaitu:
a.
Kitab Hadis yang berdasarkan urutan bab
Diantara
kitab jenis ini yang terpenting adalah: a). Jami’ al-Ushūl min Ahadīs ar-Rasūl
karya Ibnul Atsir al-Mubarak ditulis tanpa disertai sanad. Setiap hadis diberi
penjelasan ringkas tentang lafal-lafal yang asing. Namun tidak disertai dengan
penjelasan tentang derajad hadis-hadis sunan, bahkan ia tidak menyebutkan
komentar al-Turmudzi terhadap hadis-hadis yang diriwayatkannya, sehingga hal
ini membuat para pembacanya membutuhkan upaya lebih lanjut untuk mengetahiunya.
b). Kanzul ‘Ummal fi sunan al-aqwal wa al-af’al karya al-Syaikh Al-Muhaddis Ali
bin Hisam al-Muttaqi al-Hindi(W.975 H), merupakan sembilan puluh tiga buah
kitab hadis, menurut hasil perhitungan, sehingga ia tampil sebagai kitab hadis
yang komplit dan tidak ada duanya.
b.
Hadis-hadis yang disusun berdasarkan urutan
huruf-huruf pertama pada mu’jam
Di antara
kitab jenis ini yang terpenting adalah: a) Al-Jami’ al-Kabīr atau Jam’ul
Jawami’ karya Imam al-Hafizh Jalaluddin as-Suyuthi. Kitab ini merupakan cikal
bakal kitab Kanzul Ummal. b) Al-Jami’ as-Sagīr li Ahadis al-Basyir an- Nazir
karya As-Suyuthi pula. Kitab ini merupakan cuplikan dari kitab al-Jami’
al-Kabīr.
c.
Kitab az-Zawā’id
Az-Zawāid
merupakan kitab –kitab hadis yang disusun untuk menghimpun hadis-hadis yang
tidak terdapat pada kitab hadis yang lain, yakni selain hadis-hadis yang
terdapat dalam kitab-kitab yang diperbandingkan itu. Sangat banyak ulama yang
telah menyusun kitab az-Zawā’id ini, sebagian yang terkenal adalah: 1) Majma’
az-Zawā’id wa Manba’ al-Fawā’id oleh al-Hafizh Nuruddin Ali bin Abu Bakar
al-Haitsami. 2) Al-Matālib al-‘Aliyah bi Zawā’id al-Masānid as-samāniyah karya
al-Hafizh Ahmad bin Ali bin Hajar al-Atsqalani. Kitab ini menghimpun
hadis-hadis yang melebihi al-Kutub al-Sittah.
d.
Kitab-Kitab Takhrīj
Yaitu
kitab-kitab yang disusun untuk mentakhrij hadis-hadis kitab tertentu. Di antara
kitab takhrij yang penting adalah: 1) Nashbu Ar-Rāyah li Ahādis al-Hidāyah
karya Jamaluddin Abu Muhammad Abdillah bin Yusuf al-Zaila’i al- Hanafi. Kitab
ini merupakan takhrij hadis-hadis kitab Hidayah, sebuah kitab fiqh mazhab
Hanafi, yang disusun oleh Ali bin Abu Bakar al-Maghinani. 2) Al-Mughni ‘an Haml
al-Asfār fi al-Asfār fi Takhrīj Mā fi al-Ihya’ min al-Akhbār karya Imam
Abdurrahim bin al-Husain al-Iraqi. Kitab ini merupakan kitab takhrij
hadis-hadis dalam kitab Ihya ‘Ulūm al-Dīn karya Imam Al-Gzālī.
e.
Al-Ajzā’
Al-Juz’
merupakan kitab yang disusun untuk menghimpun hadis-hadis yang diriwayatkan
dari seorang perawi, baik dari kalangan sahabat maupun generasi setelahnya seperti
Juz’ Hadis Abi Bakar dan Juz’ Hadis Malik. Pengertian lain menjelaskan bahwa
al-Juz’ adalah kitab hadis yang membahas sanad-sanad sebuah kalimat seperti
Ikhtiyar al-Aulani Hadis Ikhtisham al-Mala’I al-A’la karya al-Hafiz Ibnu Rajab.
f.
Al-Masyikhat
Al-Masyikhat
adalah kitab-kitab yang disusun untuk menghimpun nama guru-guru penyusunnya,
hadis atau kitab yang mereka terima beserta sanadnya, berikut para penyusunnya.
Di antara kitab semacam ini yang paling masyhur adalah agenda pengajian hadis
yang ditulis oleh al-Ra’aini yang diberi judul al-Nubdzat al-mustafad minal
riwayat wa al-isnad.
g.
Al-‘Ilal
Al-‘Ilal
adalah kitab-kitab hadis yang disusun untuk menghimpun hadis-hadis yang
memiliki cacat, disertai penjelasan tentang cacatnya itu. Penyusunan kitab
sejenis ini merupakan puncak prestasi kerja penyusunnya, karena pekerjaan ini
membutuhkan ketekunan, kerja keras dan waktu yang panjang untuk meneliti sanad
, memusatkan pengkajian dan mengulang-ngulanginya untuk mendapat kesimpulan.
Dari segi
jumlah, koleksi dari berbagai macam (tipe) tersebut sangatlah berlimpah dan
sulit dipastikan. Pada abad pertama (Hijriah) saja, M. Azami (1977) berani
menaksir ada ratusan booklet (kitab mini, brosur hadis) yang beredar. Kemudian
bila ditambah seratus tahun berikutnya (abad ke-2 H) akan lebih sulit lagi
memerkirakan jumlah booklet dengan (ditambah) kitab hadis yang muncul. Bahkan,
katanya, para ulama hadis mengestimasi jumlahnya mencapai ribuan. Dari ribuan
koleksi itu, hanya sejumlah kecil yang masih bisa dijumpai. Mengenai hal ini,
Azami(1977) mengajukan dua hipotesis, pertama, perkiraannya tentang jumlah
koleksi yang sampai ratusan (bahkan ribuan) tadi adalah salah total. Hipotesis
kedua, koleksi-koleksi tersebut pada suatu waktu memang ada, namun semakin
punah.
Hipotesisnya
yang terakhir ini memang memunculkan kemungkinan lain di antaranya bahwa itu
semua karena ketelodoran para ahli hadis atau mereka merasa tidak memerlukan
literatur hadis sehingga tak terpelihara sampai rusak. Namun demikian, Azami
(1977) meyakini hipotesisnya yang kedua adalah tepat dan benar. Koleksi-koleksi
tersebut tidaklah rusak ataupun musnah, namun terserap ke dalam karya-karya
para ahli hadis yang kemudian. Oleh karenanya, ketika kitab-kitab (tipe)
ensiklopedik tersusun, para ahli hadis merasa tidak perlu lagi memelihara
kitab-kitab ataupun booklets, sehingga lambat-laun makin punah.
Adapun
mengenai kitab koleksi hadisnya siapa yang lebih dulu muncul, juga muncul
perbedaan pendapat. Sebagai contoh, Muhammad Rasyid Rida, seperti yang dikutip
Muhammad ‘Ajjaj al-Khatib (1989), berpendapat bahwa pada kurun awal dari
kalangan tabiin, ahli yang pertama kali mencatat hadis dan membukukannya
menjadi sebuah koleksi (Musannāf) adalah Khalid ibn Ma‘dan al-Lahmasi (w. 103/4
H). Ibn Syihab al-Zuhri, kata Rida, terkenal sebagai yang pertama karena
melakukannya atas dasar perintah khalifah Umayyah. Sementara al-Khatib sendiri
berpendapat bahwa penulisan hadis yang bersifat perorangan (berbentuk koleksi
pribadi) sudah ada sejak periode sahabat dan tabi‘in. Ia mencontohkan Ibn ‘Amr
(w. 63/682) dan Hammam ibn Munabbih (w. 101/719) yang mempunyai koleksi
sahifah. Sedangkan, kalau koleksi yang bersifat resmi (atas perintah khalifah
‘Umar ibn ‘Abd al-‘Aziz) adalah Abu Bakar. Ibn Hazm dan al-Zuhri.
B. Peringkat-Peringkat Kitab Hadis
Ad Dahlawy
membagi derajat kitab-kitab hadis kepada empat tingkatan :
1.
Al Muwaththa’at
Muwaththa‘at
merupakan bentuk jamak dari muwaththa’. Menurut bahasa ia bermakna sesuatu yang
dimudahkan atau yang disediakan. Dikatakan jenis kitab ini dengan muwaththa’
karena penyusunnya berusaha untuk memudahkan para peminat hadis dan
menyediakannya untuk mereka. Salah satu kitab yang diberi nama muwaththa’
adalah karya Malik bin anas al-Ashbahi. Kitab ini merupakan salah satu kitab
yang berisi atsar, fatwa, amal ahli madina, dan sunnah Rasul saw.
Ulama yang
mensyarahkan al-Muwaththa’ antara lain : ‘Abd al-Barr, dengan nama at-Tamhid wa
al-Istidkar, ‘Abul-Walid, dengan nama al-Mau’ib, az-Zarqani dan ad-Dahlawi
dengan nama al-Musawa.
2.
Sunan yang Empat
Yang
dimaksud dengan sunan yang empat, yaitu : sunan Abu Daud, sunan at-Turmudzi,
sunan an-Nasa’I, dan sunan Ibnu Majah. Keempat kitab sunan tersebut masyhur
dikenal dengan sebutan as-sunan al-Arbaah.
3.
Seluruh Musnad yang lain dari Musnad Ahmad, yang
kandungannya bercampur baur, ada yang shahih, ada yang hasan, ada yang dhaif,
bahkan ada yang mungkar, seperti Musnad Abu Ya’la, sunan al-Baihaqy kitab-kitab
Ath Thatawy dan kitab Ath Thabrany.
4.
Kitab-kitab yang dimaksud oleh penyusunnya
mengumpulkan segala rupa hadis, untuk kepentingan mereka masing-masing yang
membantu pendirian dan faham, seperti : kitab-kitab Ibnu Asakir-Ad
Dailamy-Ibnun Najjar Abu Nu’aim dan yang sesamanya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Secara
kuantitas kitab hadis dari berbagai macam (tipe) sangatlah berlimpah dan sulit
dipastikan. M. Azami berani menaksir ada ratusan booklet (kitab mini, brosur
hadis) yang beredar pada abad pertama H. Kemudian bila ditambah seratus tahun
berikutnya (abad ke-2 H) akan lebih sulit lagi memerkirakan jumlah booklet
dengan (ditambah) kitab hadis yang muncul. Bahkan, katanya, para ulama hadis
mengestimasi jumlahnya mencapai ribuan. Dari ribuan koleksi itu, hanya sejumlah
kecil yang masih bisa dijumpai.
Penetapan
peringkat kitab-kitab hadis memang penting bagi masa-masa lampau. Namun, bagi
para pengapresiasi hadis kontemporer, kedudukan peringkat suatu kitab hadis
tampaknya tidak begitu penting. Sembari menawarkan berbagai metode pemahaman
dan pemaknaan hadis secara tepat, mereka mengapresiasi tinggi setiap hadis dari
manapun asal kitabnya (Sunni dan Syi‘ah) atau apapun nilainya. Yang lebih
penting adalah kritisisme, di antaranya dengan memaskai pisau analisis sejarah.
B. Saran
Demikian makalah yang
dapat saya sampaikan semoga dengan kita mengulas dan mempelajari kitab-kitab
hadits yang dapat menambah ilmu pengetahuan kita terutama sejarah yang banyak
kita ambil diantaranya adalah kegiatan positifnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Ø Suparta,
Munzier. 2002. Ilmu Hadits. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Ø Al-Quran dan
Terjemahannya, Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Quran, Departemen
Agama RI.
Ø Bukhari,
Al-, Abu Abdillah Muhammad bin Ismail, Matan Al-Bukhari bi Hasyiah Al
–Sindi, Maktabah Ahmad,t.t.
Langganan:
Postingan (Atom)